Bagaimana reaksi dua ormas Islam terbesar di Indonesia?

Pada Selasa, 3 September, dalam keterangan pers Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang ditandatangani Ketua Umum Hayedar Nasir dan Sekjen Abdul Muati, organisasi tersebut menyambut baik “kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia.”

PP Muhammadiyah menegaskan Paus dalam kunjungannya menggunakan penerbangan komersial dan tidak menginap di hotel klik disini bintang lima. “Hal ini menjadi contoh yang dapat menjadi inspirasi penting bagi para pemimpin negara di tingkat nasional dan global.”

Dalam konteks hubungan antaragama, khususnya hubungan Islam dan Katolik, kunjungan Paus Fransiskus bertujuan untuk “menunjukkan pentingnya Indonesia dan komitmen Paus Fransiskus dalam membangun dan memperkuat hubungan antara dunia Katolik dan Islam”.

“Rencana pertemuan Paus Fransiskus dengan umat beragama akan menunjukkan toleransi dalam dialog dan kerja sama antaragama, serta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara dengan keberagaman agama dan budaya serta kerukunan,” demikian keterangan pers PP Muhammadiyah. PP Muhammadiyah menulis, pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan pertemuan dengan Paus Fransiskus untuk menyampaikan posisi Indonesia terhadap perdamaian dunia, khususnya masalah Palestina, dan untuk melakukan dialog.

Ketua Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Çoril Staqf menyambut baik kedatangan Paus Fransiskus.

Selamat datang dan selamat menikmati tanah Binneka Tungal Ika, tanah persatuan dan kesatuan, tanah toleransi dan persaudaraan, kata Yahya.

“Saya berharap kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dapat semakin memperkuat keharmonisan seluruh masyarakat di negara kita dan mempererat persaudaraan antar umat manusia,” tambah Yahya.

Ketegangan agama memicu konflik kemanusiaan

Jonathan Tan, profesor studi Katolik di Case Western Reserve University, memandang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sebagai bagian dari upaya para pemimpin Katolik dunia untuk meredakan ketegangan antara Islam dan Kristen. Ketegangan yang tiada henti antara Islam dan Kristen seringkali memicu konflik kemanusiaan, termasuk sentimen anti-imigran di seluruh dunia.

“Saya pikir Paus ingin menempa jalan baru untuk hubungan yang tidak bersifat defensif, karena jika melihat contoh sentimen anti-imigran di Eropa, retorika anti-imigran dibarengi dengan retorika anti-Muslim “Ada banyak orang yang tengah hari,” kata Jonathan.

“Sebagai pemimpin penting di Eropa, Paus ingin mengirimkan sinyal bahwa ada cara lain untuk memahami orang-orang ini.”

Jonathan mengatakan, langkah Paus Fransiskus ini merupakan upaya untuk memberikan ketenangan kepada umat Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen dan Katolik, begitu pula sebaliknya.

Menurut Jonathan, Paus Fransiskus sadar betul bahwa banyak umat Katolik yang tinggal di negara-negara Muslim yang banyak terjadi diskriminasi.

“Paus ingin bekerja sama dengan para pemimpin untuk menemukan cara bagi umat Katolik untuk mengamalkan iman mereka sehingga (negara-negara Muslim) tidak takut dengan kehadiran mereka,” katanya.